
Bicara soal sepak bola Indonesia, kamu pasti langsung teringat dengan deretan pemain bintang yang pernah membela Tanah Air. Namun, di balik kesuksesan para pemain, ada sosok-sosok pelatih yang berperan besar dalam membentuk karakter dan prestasi tim. Pelatih Indonesia paling populer tidak hanya dikenal karena nama besar mereka, tapi juga karena jejaknya yang mengubah wajah sepak bola nasional.

Menariknya, beberapa pelatih lokal justru mampu menghasilkan prestasi yang lebih gemilang dibanding pelatih asing yang didatangkan dengan biaya mahal. Mereka memahami karakter pemain Indonesia, kondisi lapangan, hingga mental bertanding yang dibutuhkan untuk menghadapi kompetisi regional maupun internasional.
Dalam artikel ini, kamu akan mengenal lebih dekat pelatih-pelatih Indonesia yang tidak hanya populer, tapi juga memiliki segudang prestasi. Dari mereka yang hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia, hingga yang berhasil mempersembahkan medali emas pertama di SEA Games. Mari kita telusuri jejak mereka yang telah menulis sejarah emas sepak bola Indonesia.
Daftar Pelatih Indonesia Paling Populer dengan Prestasi Paling Banyak
1. Sinyo Aliandoe – Legenda yang Hampir Loloskan Indonesia ke Piala Dunia
Ketika membicarakan pelatih indonesia paling populer sepanjang masa, nama Sinyo Aliandoe pasti masuk dalam daftar teratas. Pria kelahiran Larantuka, Flores Timur, 1 Juli 1938 ini adalah sosok yang benar-benar legendaris dalam dunia sepak bola Indonesia.
Karier Sinyo dimulai sebagai pemain Persija Jakarta yang gemilang. Pada 1964, dia berhasil membawa Macan Kemayoran meraih gelar juara Perserikatan dengan catatan sempurna tanpa kekalahan. Prestasi ini mengantarkannya ke tim nasional, di mana dia meraih berbagai gelar seperti Aga Khan Gold Cup 1966, King’s Cup 1968 di Bangkok, dan Merdeka Games 1969 di Kuala Lumpur.
Setelah pensiun akibat cedera parah, Sinyo beralih menjadi pelatih dan justru di sinilah namanya benar-benar bersinar. Sebagai pelatih Persija di tahun 1973, dia langsung mempersembahkan gelar juara Kompetisi Divisi Utama PSSI. Tidak berhenti di situ, dia juga membawa Persija meraih Piala Quoch Khan di Vietnam dan medali emas PON untuk DKI Jakarta. Pada 1975, Sinyo kembali membawa Persija juara.
Puncak prestasi Sinyo adalah ketika dia ditunjuk melatih Timnas Indonesia untuk Pra Kualifikasi Piala Dunia 1986. Di bawah arahannya, Indonesia berhasil memuncaki Grup 3B setelah mengalahkan Thailand, Bangladesh, dan India. Sayangnya, mimpi lolos ke Piala Dunia kandas setelah kalah agregat 1-6 dari Korea Selatan. Meski gagal, pencapaian ini tetap menjadi salah satu yang terbaik dalam sejarah sepak bola Indonesia dan membuat Sinyo dikenal sebagai “Bapak Sepakbola Modern Indonesia.”
2. Bertje Matulapelwa – Pembawa Medali Emas Pertama SEA Games
Bertje Matulapelwa, atau yang dijuluki “Sang Pendeta,” adalah pelatih lokal pertama yang berhasil mempersembahkan medali emas SEA Games untuk Indonesia. Pelatih berdarah Ambon ini mencatatkan namanya dalam tinta emas sejarah sepak bola Tanah Air.
Perjalanan gemilang Bertje dimulai pada Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan, ketika dia membawa Timnas Indonesia melaju hingga semifinal. Meski akhirnya harus puas di peringkat keempat, pencapaian ini sudah cukup membanggakan mengingat persaingan yang ketat di level Asia.
Setahun kemudian, tepatnya di SEA Games 1987, Bertje mengukir sejarah dengan membawa Indonesia merebut medali emas setelah menumbangkan Malaysia 1-0 di partai final. Gol kemenangan dicetak oleh Ribut Waidi di hadapan 100 ribu penonton yang memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno. Ini adalah medali emas pertama Indonesia di cabang sepak bola SEA Games, mengakhiri penantian panjang dan mematahkan dominasi Thailand.
Prestasi Bertje tidak berhenti di situ. Dia dikenal sebagai pelatih yang disiplin dan tegas, dengan gaya kepemimpinan yang mengedepankan kedisiplinan tinggi. Pendekatannya yang menggabungkan taktik modern dan pemahaman mendalam tentang karakter pemain Indonesia membuatnya menjadi salah satu pelatih tersukses di era 1980-an.
3. Indra Sjafri – Arsitek Generasi Emas Timnas Indonesia
Indra Sjafri adalah nama yang sangat familiar di telinga pecinta sepak bola Indonesia modern. Pria kelahiran Painan, Sumatera Barat, 2 Februari 1963 ini adalah spesialis timnas kelompok usia yang telah menghasilkan banyak talenta hebat untuk sepak bola Indonesia.
Sebelum menjadi pelatih, Indra adalah pemain PSP Padang di era 1980-an dan bahkan sempat bekerja sebagai Kepala Kantor Pos di Sumatera Barat. Cinta pada sepak bola membuatnya berhenti dari pekerjaan tetap dan fokus mengejar lisensi kepelatihan AFC hingga level A.
Nama Indra mulai melejit pada 2013 ketika dia berhasil membawa Timnas Indonesia U-19 menjuarai Turnamen Kejuaraan Remaja U-19 AFF. Ini adalah gelar juara pertama untuk Timnas Indonesia di tingkat junior maupun senior dalam 22 tahun terakhir. Prestasi ini mengangkat kembali nama Indra di dunia kepelatihan nasional.
Puncak prestasi Indra datang pada SEA Games 2023 di Kamboja, ketika dia berhasil mengantarkan Timnas U-22 Indonesia meraih medali emas setelah mengalahkan Thailand 5-2 di pertandingan final. Pencapaian ini mengakhiri penantian 32 tahun sejak terakhir kali Indonesia meraih emas di cabang sepak bola SEA Games pada 1991.
Indra juga sukses membawa Indonesia menjuarai Piala AFF U-23 2019 dan kembali menjuarai Piala AFF U-19 pada 2024. Kemampuannya menemukan dan membina talenta muda seperti Evan Dimas, Egy Maulana Vikri, dan banyak pemain lainnya membuatnya dijuluki sebagai “pencari bakat yang ulung.”
4. Fakhri Husaini – Juara AFF U-16 Pertama Kali
Fakhri Husaini adalah mantan pemain kondang di era Ligina yang berhasil melanjutkan kesuksesannya sebagai pelatih. Sebagai gelandang andalan Timnas Indonesia di masanya, Fakhri memahami betul apa yang dibutuhkan untuk membentuk pemain berkualitas.
Sebagai pelatih, Fakhri fokus pada pembinaan usia muda dan berhasil mengukir prestasi bersejarah. Puncak kariernya adalah ketika dia membawa Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2018, yang merupakan gelar pertama kalinya untuk tim di kelompok usia tersebut.
Selain itu, Fakhri juga berhasil membawa Timnas U-16 lolos ke perempat final Piala Asia U-16 2018, sebuah pencapaian yang mengesankan mengingat tingkat kompetisi yang tinggi di level Asia. Dia juga sukses meloloskan Timnas U-19 ke Piala Asia U-19 2020, membuktikan konsistensinya dalam membina pemain muda Indonesia.
Kemampuan Fakhri dalam membaca permainan dan meramu strategi yang efektif membuatnya menjadi salah satu pelatih lokal yang paling dihormati di Indonesia.
5. Nova Arianto – History Maker Loloskan Indonesia ke Piala Dunia U-17
Nova Arianto adalah pelatih muda yang baru-baru ini mencuri perhatian publik sepak bola Indonesia. Mantan bek Persebaya Surabaya yang terkenal dengan selebrasi ikoniknya ini berhasil membuat sejarah baru untuk sepak bola Indonesia.
Pada 2025, Nova berhasil membawa Timnas Indonesia U-17 lolos ke Piala Dunia U-17 melalui jalur kualifikasi. Ini adalah pencapaian bersejarah karena Indonesia sangat jarang bisa menembus kompetisi level dunia di kelompok usia junior. Keberhasilan ini mengantarkan Nova bergabung dengan deretan pelatih “History Maker” untuk Timnas Indonesia.
Nova dikenal dengan gaya kepelatihan yang memadukan filosofi permainan Shin Tae-yong dan Filanesia. Dia menerapkan permainan menyerang yang fokus pada penguasaan bola dengan progresi bola yang progresif ke depan. Pengalamannya sebagai asisten pelatih Shin Tae-yong di timnas senior memberikan wawasan berharga tentang cara melatih dengan standar internasional.
Di Piala Asia U-17 2025, Nova membuktikan kualitasnya dengan membawa timnya meraih poin sempurna setelah mengalahkan tim unggulan Korea Selatan 1-0 dalam laga perdana. Kemampuannya dalam mempersiapkan mental dan fisik pemain muda menjadi kunci kesuksesan timnya.
6. Rusdy Bahalwan – Pengangkat Peringkat FIFA Tertinggi
Rusdy Bahalwan mungkin tidak sepopuler nama-nama lain dalam daftar ini, namun prestasinya tidak bisa dipandang sebelah mata. Mantan pemain Timnas Indonesia ini tercatat sebagai pelatih yang berhasil mengangkat peringkat FIFA Indonesia paling signifikan dalam sejarah.
Pada periode kepelatihannya dari 2 September 1997 hingga 10 September 1998, Rusdy berhasil membawa Indonesia naik 44 peringkat dari posisi 120 ke posisi 76. Posisi ke-76 ini sekaligus menjadi pencapaian terbaik Timnas Indonesia di ranking FIFA hingga saat ini.
Prestasi ini luar biasa mengingat pada saat itu situasi ekonomi dan politik Indonesia sedang tidak stabil. Namun Rusdy mampu memberikan penawar luka bagi masyarakat Indonesia melalui prestasi sepak bola yang gemilang.
Selain di timnas, Rusdy juga sukses di level klub. Dia pernah membawa Persebaya Surabaya menjuarai Liga Indonesia pada musim kompetisi Ligina III 1996/1997, membuktikan tangan dinginnya dalam meramu strategi yang efektif.
7. Rahmad Darmawan – Pelatih Muda Berprestasi
Rahmad Darmawan adalah representasi pelatih muda Indonesia yang terus berkembang. Meski namanya belum setenar Indra Sjafri atau Fakhri Husaini, Rahmad telah menunjukkan potensi besar dalam membina tim.
Rahmad dikenal dengan pendekatan taktis yang modern dan kemampuannya dalam memaksimalkan potensi pemain. Dia sering kali menggunakan data dan analisis video untuk mempersiapkan strategi pertandingan, sebuah pendekatan yang masih jarang dilakukan oleh pelatih lokal lainnya.
Pengalamannya melatih di berbagai klub di Liga Indonesia memberikan wawasan yang luas tentang kondisi sepak bola domestik. Ini membuatnya menjadi salah satu kandidat kuat untuk menangani timnas di masa depan.
5 Pelatih Indonesia Paling Mahal Bayarannya
Membicarakan pelatih indonesia paling populer tidak lengkap tanpa membahas soal bayaran yang mereka terima. Meski informasi gaji pelatih lokal tidak setransparan pelatih asing, beberapa data berhasil terungkap ke publik. Berikut adalah lima pelatih Indonesia dengan bayaran tertinggi:
1. Indra Sjafri – Direktur Teknik PSSI Sekaligus Pelatih Timnas
Indra Sjafri menjadi pelatih Indonesia dengan bayaran tertinggi berkat posisinya yang ganda sebagai Direktur Teknik PSSI sekaligus pelatih timnas kelompok usia. Meski angka pastinya tidak pernah diungkap secara resmi, posisi strategisnya di PSSI membuatnya menerima kompensasi yang jauh lebih besar dibanding pelatih lokal lainnya.
Menariknya, Indra pernah mengungkap pada 2021 bahwa dia sempat tidak digaji oleh PSSI saat menjadi pelatih Timnas Junior di periode tertentu. Namun, sejak era kepemimpinan Mochamad Iriawan, PSSI tidak pernah telat membayar gajinya. Saat ini, sebagai Direktur Teknik PSSI, Indra diperkirakan menerima gaji yang setara dengan pelatih senior di klub-klub besar Liga 1.
Besarnya tanggung jawab yang dipikul Indra, mulai dari membina pemain muda hingga merancang program pengembangan sepak bola nasional, membuat kompensasi yang diterimanya dinilai wajar. Pengalamannya yang luas dan track record prestasi yang gemilang menjadi justifikasi untuk bayaran tinggi yang diterimanya.
2. Fakhri Husaini – Pelatih Timnas Kelompok Usia
Fakhri Husaini menempati posisi kedua dalam daftar pelatih Indonesia dengan bayaran tertinggi. Sebagai pelatih yang sering dipercaya menangani timnas kelompok usia, Fakhri menerima gaji yang kompetitif dari PSSI.
Meski tidak setinggi pelatih asing seperti Shin Tae-yong yang mendapat Rp2 miliar per bulan, bayaran Fakhri diperkirakan berada di kisaran ratusan juta rupiah per tahun. Angka ini sudah termasuk tinggi untuk standar pelatih lokal di Indonesia.
Prestasi Fakhri dalam membawa Indonesia menjuarai Piala AFF U-16 2018 dan berbagai pencapaian lainnya membuat PSSI tidak ragu memberikan kompensasi yang layak. Kemampuannya dalam membina talenta muda yang kemudian menjadi pemain andalan timnas senior menjadi nilai tambah yang sangat berharga.
3. Nova Arianto – Pelatih Timnas U-17
Nova Arianto saat ini menjadi salah satu pelatih Indonesia dengan bayaran tertinggi setelah kesuksesannya membawa Timnas U-17 lolos ke Piala Dunia U-17 2025. Pencapaian bersejarah ini membuat PSSI memberikan apresiasi khusus berupa kompensasi finansial yang lebih besar.
Sebagai pelatih yang juga pernah menjadi asisten Shin Tae-yong di timnas senior, Nova memiliki pengalaman dan wawasan yang luas tentang standar kepelatihan internasional. Ini membuat nilai tawarnya di pasar pelatih Indonesia menjadi lebih tinggi.
Diperkirakan bayaran Nova berada di level yang sama atau sedikit di bawah Fakhri Husaini, namun dengan bonus pencapaian yang dia raih, total kompensasi yang diterimanya bisa jadi lebih besar. Kesuksesannya di Piala Asia U-17 2025 yang mengalahkan Korea Selatan juga menambah nilai jualnya sebagai pelatih.
4. Rahmad Darmawan – Pelatih Klub Profesional
Rahmad Darmawan masuk dalam daftar ini bukan sebagai pelatih timnas, melainkan sebagai pelatih klub profesional yang menerima bayaran tinggi. Di level klub Liga 1, pelatih lokal top seperti Rahmad bisa menerima gaji puluhan juta hingga ratusan juta rupiah per bulan tergantung klub yang menaunginya.
Klub-klub besar seperti Persib Bandung, Persija Jakarta, atau Bali United dikenal memberikan kompensasi yang kompetitif untuk pelatih lokal yang memiliki track record bagus. Rahmad, dengan pengalaman melatih di berbagai klub top, termasuk dalam kategori pelatih yang menerima bayaran di atas rata-rata.
Kemampuannya dalam membawa tim meraih prestasi membuat nilai tawarnya terus meningkat. Pelatih lokal yang konsisten memberikan hasil positif seperti Rahmad selalu menjadi incaran klub-klub yang ingin bersaing di papan atas.
5. Pelatih-Pelatih Senior di Liga 1
Kategori terakhir adalah pelatih-pelatih senior lokal yang melatih di Liga 1 dengan bayaran kompetitif. Meski tidak setinggi empat nama di atas, beberapa pelatih berpengalaman di Liga 1 menerima gaji yang cukup besar.
Pelatih lokal di Liga 1 umumnya menerima gaji berkisar antara Rp50 juta hingga Rp200 juta per bulan, tergantung pada reputasi dan prestasi yang pernah diraih. Angka ini masih jauh di bawah pelatih asing yang bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah per bulan.
Namun, perlu dicatat bahwa pelatih lokal memiliki keunggulan lain seperti pemahaman yang lebih baik tentang kondisi sepak bola Indonesia, tidak ada kendala bahasa, dan biaya hidup yang lebih rendah. Ini membuat total value yang mereka berikan bisa jadi lebih tinggi dibanding pelatih asing dengan gaji fantastis tapi hasil yang mengecewakan.
Perbandingan dengan Pelatih Asing
Untuk memberikan perspektif yang lebih jelas, mari kita bandingkan dengan pelatih asing. Luis Milla, saat melatih Timnas Indonesia pada 2016-2018, menerima gaji Rp2 miliar per bulan untuk dirinya dan tim asistennya. Ini adalah bayaran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia saat itu.
Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan yang menangani Timnas Indonesia dari 2019 hingga 2024, dilaporkan menerima gaji sekitar Rp2 miliar per bulan atau sekitar US$1 juta per tahun. Angka ini belum termasuk fasilitas seperti kendaraan, apartemen, dan bonus pencapaian.
Alfred Riedl, pelatih Austria yang sukses membawa Indonesia ke final Piala AFF 2016, hanya menerima gaji sekitar Rp1,2 miliar per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibanding Luis Milla, namun prestasinya justru lebih baik.
Di level klub Liga 1, pelatih asing top seperti Bojan Hodak (Persib Bandung) atau Bernardo Tavares (PSM Makassar) diperkirakan menerima gaji ratusan juta rupiah per bulan. Luis Milla saat melatih Persib bahkan disebut-sebut menerima gaji hingga Rp1 miliar per bulan, menjadikannya pelatih termahal di Liga Indonesia saat itu.
Perbedaan yang sangat besar ini menunjukkan bahwa masih ada gap signifikan antara bayaran pelatih lokal dan asing di Indonesia. Namun, jika dilihat dari sisi cost-benefit, beberapa pelatih lokal seperti Indra Sjafri justru memberikan return yang jauh lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
Penutup
Pelatih indonesia paling populer yang telah kita bahas di atas membuktikan bahwa talenta lokal tidak kalah dengan pelatih asing mahal. Dari Sinyo Aliandoe yang hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia 1986, Bertje Matulapelwa yang mempersembahkan medali emas SEA Games pertama, hingga Indra Sjafri yang mengakhiri puasa gelar 32 tahun di SEA Games 2023.
Prestasi-prestasi gemilang ini menunjukkan bahwa dengan kesempatan dan dukungan yang tepat, pelatih lokal mampu bersaing dan bahkan mengungguli pelatih asing. Mereka memiliki keunggulan dalam memahami karakter pemain Indonesia, kondisi lapangan, serta mental yang dibutuhkan untuk bertanding di kompetisi regional dan internasional.
Yang menarik adalah bagaimana generasi baru pelatih seperti Nova Arianto terus bermunculan dengan pendekatan yang lebih modern. Mereka menggabungkan filosofi kepelatihan internasional dengan pemahaman mendalam tentang sepak bola Indonesia, menciptakan metode pelatihan yang efektif dan menghasilkan prestasi nyata.
Dari sisi finansial, memang masih ada gap yang cukup besar antara bayaran pelatih lokal dan asing. Namun, jika dilihat dari perspektif cost-benefit, investasi pada pelatih lokal berkualitas seperti Indra Sjafri atau Fakhri Husaini justru memberikan hasil yang lebih sustainable. Mereka tidak hanya membawa prestasi jangka pendek, tapi juga membangun sistem pembinaan yang berkelanjutan.
Ke depannya, diharapkan PSSI dan klub-klub Indonesia bisa memberikan apresiasi yang lebih baik kepada pelatih lokal berprestasi. Bayaran yang kompetitif, fasilitas yang memadai, dan jaminan karier yang jelas akan mendorong lebih banyak mantan pemain berbakat untuk terjun ke dunia kepelatihan. Ini akan menciptakan ekosistem sepak bola Indonesia yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Prestasi yang telah diraih oleh pelatih-pelatih lokal ini juga menjadi bukti bahwa kita tidak selalu harus bergantung pada pelatih asing. Dengan program pembinaan yang tepat, lisensi kepelatihan yang berkualitas, dan kesempatan yang adil, Indonesia bisa menghasilkan pelatih-pelatih world class yang mampu bersaing di kancah internasional.
Bagi kamu yang bercita-cita menjadi pelatih sepak bola, sosok-sosok seperti Indra Sjafri, Fakhri Husaini, dan Nova Arianto adalah inspirasi bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Dengan dedikasi, kerja keras, dan terus belajar, kamu juga bisa menjadi bagian dari pelatih indonesia paling populer di masa depan yang akan membawa sepak bola Indonesia ke level yang lebih tinggi.
Mari kita terus mendukung perkembangan sepak bola Indonesia, tidak hanya dari sisi pemain tapi juga dari sisi kepelatihan. Karena di balik setiap pemain hebat, selalu ada pelatih yang lebih hebat lagi yang membentuknya. Masa depan sepak bola Indonesia ada di tangan generasi pelatih muda yang terus berinovasi dan berprestasi.
